Selasa, 03 April 2012

Hanya Rekan Bisnis

Dilema, itu mungkin kata yang tepat ketika mendapat kabar bahwa proposal wirausaha kami diterima. Bingung, antara Alhamdulillah dan Astaghfirulloh, yang mana yang harusnya aku ucapkan. Alhamdulillah, karena usaha dari seorang yang hanya ku kenal namanya itu berhasil dan dipercaya DIKTI. Astaghfirulloh, karena aku harus berinteraksi langsung dengan lelaki yang lebih faham agamanya, yang biasa disebut dengan ikhwan. Selama ini aku selalu berinteraksi dengan laki-laki, bahkan aktifitasku di Resimen Mahasiswa mayoritas laki-laki. Dan disana aku menemukan kebahagiaan, aku mendapatkan teman yang banyak yang peduli dan sangat respect satu sama lain. Terlebih Yudha XXXII, yudhaku. Yang terdiri dari lima belas orang dari berbagai jurusan di UNDIP. Masih lekat dikenanganku, ketika aku sedih dan aku cerita ke salah satu temen seyudhaku, posisi ba'da maghrib. Tanpa ku duga, dia sudah berada di depan kosku. Menanyaiku ada apa dan kenapa sampai sesedih itu. Dan akhirnya aku pun menceritakan semuanya hingga tanpa sadar aku meneteskan air mata didepannya. Seperti itulah Wahyu yang sangat peduli denganku dan ke-14 temanku yang lain. Tak hanya itu, jika ada tugas kuliah pun, jika ada yang perlu bantuan, kami pun bahu membahu untuk saling membantu. Sempat dulu Wahyu minta bantuan untuk mencarikan bahan untuk makalahnya, yah, sebagai mahasiswa D3 Perkapalan, dia terlalu sibuk dengan tugas gambarnya. Selain itu, sikap maskulinnya sangat terlihat dengan hobinya yaitu balap motor. Pernah dia bercerita tentang tawuran yang dia lakukan hanya karena salah satu temannya disakiti. Pernah pul;a aku keliling toko baju menemaninya untuk membelikan baju pacarnya. Sekarang dia sudah jauh di Cilegon, bekerja di salah satu galangan. Tapi, komunikasi kami masih berjalan. Beda lagi dengan Heri, yang selalu sms tiap malam, walau terkadang itu nggak penting. kadang dia cerita kalau dia sedang umbelen, tapi itulah yang membuat kami terasa satu dan keluarga. berteman dengan mereka sangat bermakna, mereka sangat melindungi kami (endah, ulya, aku dan mbak ayu). Jika diantara cewek ada yang sakit, mereka siap untuk menghadapi orang yang menyakiti kami. Sikap mereka yang seperti itu membuatku kagum dengan sosok lelaki yang sangat menghargai, menghormati dan melindungi wanita. Sebagai kaum adam yang kurang ahli di bidang cuci-setrika dan jahit menjahit, sering pula aku membantu mereka. walau hanya mencuci dan menyetrika seragam mereka atau menjahitkan celana seragam mereka yang sobek karena kegiatan yang ekstrim. Dan yang seperti itu sering kami lakukan.

Tapi ini beda, aku belum pernah berteman dan berinteraksi langsung dan dalam rentan waktu yang lama dengan ikhwan. Apa mereka juga mempunyai sikap seperti teman-temanku? Carut marut rasanya. Pertama aku bertemu mereka, aku bertingkah biasa dan aku menghargai mereka sebagai orang yang faham ilmu. Semakin kesini aku semakin akrab dengan mereka, dan untuk menumbuhkan rasa kenyamananku dengan mereka, aku sering bercanda dengan mereka. Selain itu pernah  ku tulis dalam sms dan di catatan Fb grup kami  yang intinya aku berharap kita bisa menjadi teman bahkan keluarga. karna dengan adanya rasa keluarga pasti akan terasa memiliki, peduli dan saling merasa. Mungkin ini terlalu muluk-muluk. Tapi jika rasa kekeluargaan itu sudah ada, pasti rasa nyaman itu muncul. Mungkin aku egois, karna seperti terlalu memaksakan kehendakku.

Semakin berjalan usaha kami, semakin terlihat karakter masing-masing dari kami. Karakterku yang terlalu keras. Dan teman-temanku yang mempunyai karakter beda pula. Semua karakter teman-teman ku baca satu persatu dengan analisis ku sendiri. Hingga hari Ahad kemarin, 1 April 2012. Benar-benar aku merasa berbeda. Ku putar ulang kejadian-kejadian yang terjadi sebelum hari itu. Memang ada yang beda. Setelah berinteraksi kurang lebih 4-5 bulan, ternyata belum timbul rasa saling memiliki, saling merasa dan saling peduli. Kehadiran satu teman itu sangat penting bagiku, apalagi di moment yang penting ini, yang katanya ini merupakan salah satu tanggung jawab dari kami. Selain itu, ketidakberangkatan salah satu anggota pasti ada yang melatar belakanginya. Apalagi dia sudah faham agama, pasti lebih faham tentang tanggung jawab. Mengapa kepedulian itu tidak muncul? Mengapa tidak ada yang memikirkan kenapa dia tidak berangkat? Apakah teman-teman sibuk dengan urusannya masing-masing hingga terlupa dengan satu anggota ini? 

Terlalu lama otakku jalan-jalan, memikirkan ada apa dengan dia dan ada apa dengan mereka hingga hampir tidak memperdulikan dia? Hingga hari itu berlalu aku tetap memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, atau apa yang kurang atau apa yang salah. Bukan siapa yang kurang dan bukan siapa yang salah. Hingga pada suatu malam aku cerita dengan kawanku yang jauh disana. Dan dia mengatakan "karena kalian bertemu dengan niat awal bisnis. Dan Kalian itu Rekan Bisnis bukan Teman". Akhirnya aku temukan jawaban semuanya. Akhirnya aku tahu dan aku bisa menemukan titik terang mengapa mereka seperti itu. ya, itu jawabannya. Kami hanya REKAN BISNIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar